Tugas 1 Mengabstraksi Teks “’Negeri 5 Menara’: Mimpi Beda, Rasa Sama”
Tugas 1 hal. 100 - 103
1. Setujukah kalian bahwa film ini sangat inspiratif? Mengapa?
Setuju, karena film ini menceritakan tentang hal-hal baik seperti
peranan penting orang tua, meluruskan pandangan orang tentang pesantren, persahabatan
yang erat dan saling mendukung, mimpi-mimpi yang berusaha diwujudkan, dan
usaha-usaha mereka untuk mewujudkan mimpinya.
2. Apakah film ini mengandung nilai-nilai pendidikan? Apa saja?
Ya, nilai pendidikan yang terkandung antara lain :
·
Nilai religius terdiri atas cinta kepada Allah,
ikhlas, belajar, mengajar, shalat, hafalan Alquran, beribadah, bersyukur, mohon
ampun, dan berdoa
·
Nilai moral terdiri atas belajar bersama, disiplin,
tertib, patuh, kerja keras, bersungguh-sungguh, jujur, patang menyerah,
tanggung jawab, dan mandiri
·
Nilai sosial terdiri atas peduli, persaudaraan,
kebersamaan, saling membantu, kerjasama, dan persahabatan
·
Nilai budaya terdiri atas adat jual beli, nama adat,
dan garis keturunan. Semua nilai tersebut disampaikan tidak bersifat menggurui
tetapi melalui struktur cerita yang memiliki nilai estetis
3. Buatlah
teks ulasan tentang
film
“Negeri
5 Menara” tersebut
dengan menggunakan bahasa kalian sendiri. Perhatikan struktur teks dan kaidah kebahasaan yang membangunnya.
Negeri 5 Menara
Negeri 5 menara merupakan salah satu
film inspiratif yang hadir di dunia perfilman Indonesia pada tahun 2012. Saya
katakan inspiratif karena film ini mengajak para penontonnya untuk berjuang
meraih apa yang mereka inginkan, meski seberapa berat perjuangan yang harus
mereka tempuh.
Dikisahkan Alif merupakan anak yang
tumbuh dalam keluarga yang religius. Selepas dari kelulusan, kedua orang tua
Alif berniat memasukan anaknya itu ke sebuah pondok pesantren bernama Pondok
Madani di tanah Jawa. Namun keinginan kedua orang tuanya ini tidak lantas disetujui
oleh Alif, Alif pun berontak. Sebenarnya, Alif ingin masuk ke sekolah formal biasa
untuk kemudian lulus dan menjadi mahasiswa ITB, tetapi keputusan kedua orang
tuanya yang sudah bulat dan alasan mereka yang kuat membuat Alif akhirnya
mengalah dan mengikuti keinginan mereka, meskipun ia melakukannya setengah
hati. Meski begitu, Alif pun berangkat ke tanah Jawa menuju Pondok Madani di
daerah Ponorogo, Jawa Timur.
Namun, meski tema dari film ini
cukup bagus karena mengangkat tema yang ‘kekinian’, alur film ini terkesan sangat lamban dan
nyaris membosankan, terutama adegan saat awal film ini dimulai. Gerak-gerik
Alif benar-benar dieksplor, sampai-sampai adegan yang menurut saya tidak
efektif dan mengulur waktu pun juga dieksplor.
Kemudian, alur cerita bergulir ke
pendaftaran Alif ke Pesantren Madani. Dalam cerita, Alif diantar ayahnya
berangkat untuk mendaftar, dan diapun diterima. Disana ia bertemu dengan
teman-teman barunya yaitu Baso dari Gowa, Atang dari Bandung, Said dari
Surabaya, Raja dari Medan, dan Dulmajid dari Madura yang akan menemaninya
menjalankan kehidupannya di pesantren Madani. Persahabatan mereka dikenal
dengan Sahibul Menara, yaitu
persahabatan 6 siswa pesantren Madani dengan cita-cita yang tinggi yang
berusaha diraih bersama-sama.
Pada scene-scene yang ada di film, penggambaran persahabatan mereka
sangat erat dan kekeluargaan. Mereka membawa kehangatan bagi para penonton
seolah mereka benar-benar bersahabat dan akrab di dunia nyata.
Selain persahabatan dan
kekeluargaan, unsur religius juga sangat kental dalam film ini. Terlepas dari
seting film yang berada dalam pesantren, film ini secara tersirat mengajarkan
penontonnya untuk menaati orang tuanya, semarah apapun kita pada orang tua kita
dan mengajarkan bahwa kita harus berusaha mendapatkan apa yang kita mau, bukan
hanya meminta dan berdoa saja, tetapi harus ada kerja nyata.
Pada film ini juga menggambarkan
kehidupan pesantren yang sebenarnya, yang berbeda dari pandangan kebanyakan
orang. Penggambaran kehidupan pesantren terkesan natural dan tidak berlebihan,
dan secara tidak langsung film ini seolah ‘meluruskan’ pandangan miring
orang-orang tentang pesantren dengan anak-anak bermasalah moral didalamnya.
Cerita film ini sangat panjang
dengan alur cerita yang lambat, kemudian konflik-konflik mulai bermunculan dan
hilang dengan penyelesaian yang cukup mencengangkan, karena konflik serasa
sebagai kepentingan yang harus ada untuk kemudian diselesaikan dan dilupakan,
bukan merupakan kejadian yang berakibat berarti pada cerita film.
Akhir cerita film ini pun dapat di
tebak, perkiraan awal para lakon pasti akan sukses sangat benar. Namun pada
film ini, tidak dijelaskan detil bagaimana usaha yang dialkukan para sahabat
ini dalam mencapai suksesnya. Tidak seperti di awal film yang mendetil
penggambarannya, pada adegan perjalanan sukses keenam sahabat ini tidak ada
konflik yang membuat penonton
tercengang.
Film Negeri 5 Menara ini memang
terkesan apa adanya, tanpa ada kejadian yang dilebih-lebihkan, namun alur
cerita yang terlalu umum dan mudah ditebak membuat penonton sedikit bosan
dengan ceritanya. Beruntungnya, film ini mengangkat tema yang sedang booming di Indonesia, sehingga ceritanya
diminati dan penikmatnya cukup banyak.
0 comments :
Posting Komentar